Minggu, 13 November 2011


ORGANISASI KOMPUTER
Organisasi komputer adalah bagian yang terkait erat dengan unit – unit operasional dan interkoneksi antar komponen penyusun sistem komputer dalam merealisasikan aspek arsitekturalnya. Contoh aspek organisasional adalah teknologi hardware, perangkat antarmuka, teknologi memori, dan sinyal – sinyal kontrol.
Arsitektur komputer lebih cenderung pada kajian atribut – atribut sistem komputer yang terkait dengan seorang programmer. Contohnya, set instruksi, aritmetika yang digunakan, teknik pengalamatan, mekanisme I/O.
Sebagai contoh apakah suatu komputer perlu memiliki instruksi pengalamatan pada memori merupakan masalah rancangan arsitektural. Apakah instruksi pengalamatan tersebut akan diimplementasikan secara langsung ataukah melalui mekanisme cache adalah kajian organisasional.
Perbedaaan Utama
Organisasi Komputer
§ Bagian yang terkait dengan erat dengan unit – unit operasional
§ Contoh : teknologi hardware, perangkat antarmuka, teknologi memori, sistem memori, dan sinyal – sinyal kontrol.
Arsitektur Komputer
§ Atribut – atribut sistem komputer yang terkait dengan seorang programmer.
§ Contoh : Set instruksi, aritmetika yang dipergunakan, teknik pengalamatan, mekanisme I/O.
http://arifpane.blogspot.com/2010/01/organisasi-komputer.html

ILMU KOMPUTER
Ilmu komputer (bahasa Inggris: computer Science), secara umum diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik tentang komputasi, perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Ilmu komputer mencakup beragam topik yang berkaitan dengan komputer, mulai dari analisa abstrak algoritma sampai subyek yang lebih konkret seperti bahasa pemrograman, perangkat lunak, termasuk perangkat keras. Sebagai suatu disiplin ilmu, Ilmu Komputer lebih menekankan pada pemrograman komputer, dan rekayasa perangkat lunak (software), sementara teknik komputer lebih cenderung berkaitan dengan hal-hal seperti perangkat keras komputer (hardware). Namun demikian, kedua istilah tersebut sering disalah-artikan oleh banyak orang.
Tesis Church-Turing menyatakan bahwa semua alat komputasi yang telah umum diketahui sebenarnya sama dalam hal apa yang bisa mereka lakukan, sekalipun dengan efisiensi yang berbeda. Tesis ini kadang-kadang dianggap sebagai prinsip dasar dari ilmu komputer. Para ahli ilmu komputer biasanya menekankan komputer von Neumann atau mesin Turing (komputer yang mengerjakan tugas yang kecil dan deterministik pada suatu waktu tertentu), karena hal seperti itulah kebanyakan komputer digunakan sekarang ini. Para ahli ilmu komputer juga mempelajari jenis mesin yang lain, beberapa diantaranya belum bisa dipakai secara praktikal (seperti komputer neural, komputer DNA, dan komputer kuantum) serta beberapa diantaranya masih cukup teoritis (seperti komputer random and komputer oracle).
Ilmu Komputer mempelajari apa yang bisa dilakukan oleh beberapa program, dan apa yang tidak (komputabilitas dan intelegensia buatan), bagaimana program itu harus mengevaluasi suatu hasil (algoritma), bagaimana program harus menyimpan dan mengambil bit tertentu dari suatu informasi (struktur data), dan bagaimana program dan pengguna berkomunikasi (antarmuka pengguna dan bahasa pemrograman).
Ilmu komputer berakar dari elektronika, matematika dan linguistik. Dalam tiga dekade terakhir dari abad 20, ilmu komputer telah menjadi suatu disiplin ilmu baru dan telah mengembangkan metode dan istilah sendiri.
Departemen ilmu komputer pertama didirikan di Universitas Purdue pada tahun 1962. Hampir semua universitas sekarang mempunyai departemen ilmu komputer.
Penghargaan tertinggi dalam ilmu komputer adalah Turing Award, pemenang penghargaan ini adalah semua pionir di bidangnya.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_komputer

Sabtu, 29 Oktober 2011



DAMPAK SOSIAL DARI TEKNOLOGI MODERN
Pada artikel ini teknologi merupakan suatu proses sosial dengan teknik yang tepat yang diperoleh dari faktor terpisah. Kami tidak akan berbicara mengenai efek teknologi pada indifidu. Karena mereka    sudah menjadi bagian yang sudah menyatu dengan teknologi. Tidak hanya efek bagi penemu atau para teknisi teknologi tetapi lebih luas lagi yaitu dunia sosial. Teknologi adalah suatu mode of production. Pada yang sama keberadaan teknologi telah merubah hubungan-hubungan social, yang digunakan untuk mengontrol dan mendominasi dari yang lain.
Teknik dengan sendirinya telah mampu menciptakan otoritarian sebaik kebebasan, bila ada kekurangan agar segera untuk mencapai kecukupan. Golongan sosialis nasional memberikan contoh dari sebuah rasional dan mekanisme ekonomi dengan sangat efisien dalam berproduksi yang dapat memunculkan kepentingan yang totaliter untuk meneruskan ketiadaan tanpa ada usaha untuk mengubah keadaan menjadi lebih bak. Negara dunia ketiga menggunakan teknologi untuk meningkatkan keuntungan dan kesejahteraaan dengan menghilangkan standar yang bersifat tradisional. Di Negara sosialis seperti Rusia, pemerintahnya tidak   mengintervensi begitu saja setiap teknologi yang masuk dari luar, tetapi memilih mana yang berperan untuk meningkatkan kemampuan para pekerja, pempropaganda, para kaum muda, pekerja organisasi pemerintah, industri, dan anggota partai birokrasi yang kesemuanya telah diatur dalam konstitusi Negara tersebut untuk mengikuti pada garis teknologi yang efisien. Teknokrasi teroristik tidak dapat disebut sebagai sebuah symbol dari persyaratan perang dalam arti ekonomi. Perang ekonomi merupakan hal yang normal pada dunia liberal daripada sebuah Negara sosialis, karena menawarkan proses social dan ekonomi. Syaratnya yaitu perang ini harus menggunakan teknologi sebagai stimulannya.
Dari teknologi akan mengalir sebuah rasionalitas yuang baru dan standar hidup yang baru bagi individu dan ini akan menyebar masuk kedalam komunitas, berbeda dari dari negara yang tidak menggunakan teknologi . Perubahannya bukan efek langsung dari penggunaan mesin atau menggunakan produksi yang besar kepada konsumen. Mereka jarang memilih factor yang determinan pada perkembangan mesin dan produksi masa. Oleh karena itu untuk mengerti masuknya teknologi, perlu survey maupun penelitian yang lainnya supaya kita tahu apakah teknologi benar-benar masuk dan dibutuhkan oleh masyarakat serta berdampak pada penyelesaian masalah-masalah didalam masyarakat menjadi mudah untuk dipecahkan.
Prinsip dari setiap individual yaitu pencarian kepentingan pribadi dengan pandangan bahwa diri pribadi telah memasuki tahap rasional. Yaitu merupakan hasil dari berpikir yang otonom.
Prinsip dari efisien yang konpentitif yaitu suatu mekanisme yang mengandalkan pada rasional yang berujung pada suatu perlengkapan yang berteknologi tinggi. Kekuatan dari teknologi yaitu kekuatan pada kemampuan untuk mengumpulakan modal dan menghasilakan barang-barang yang berkualitas serta para pemilik factor tersebut dengan mudahnya untuk mengontrol hal tersebut, barang dengan mudah dapat didistribusikan mulai dari hal yang kecil menuju pada hal yang lebih besar.
Dan teknologi dengan sendirinya mampu meningkatkan kemampuan para professional dengan cara membuat teknologi-teknologi yang lebih baru lagi, menghasilkan produk efisien, sesuatu yang memudahkan, ini semua disebut dengan radikal koordinasi. Kontradisi ini tetap ada, tetapi keuntungan dengan menjaga alat, melewati kenaikan standar hidup, pada yang sama akan membuat sesuatunya akan menjadi mungkin. Ketika kontrol diantara produkdsi berada ditangan para professional untuk menghasilkan keuntungan. Mereka akan mendapat keuntungan setelah dipotong pajak, upah pekerja, dan biaya produksi yang lainnya.
Dampak dari perlengkapan teknologi tersebut yakni, rasional individualistic masuk kedalam teknologi yang rasional. Ini bukan suatu arti dari subjek dan objek dari skala perusahaan, tetapi lebih karena adanya suatu protes dan ketidak nyamannan suasaana. Rasional ini dibangun dari standar keadilan yang mana membuat manusia siap untuk menerima dan masuk kedalamnya untuk menerima teknologi.
Mayoritas penduduk bertindak dengan kebebasan dalam melakukan tindakan ekonomi, telah menjadi suatu bagian dari efisiensi dari pelayanan ekonomi yang sudah melekat dari masyarakat. Dunia telah menjadi rasional dan dari rasional ini  menjadi suatu kekuatan sosial dimana ada berbagai persyaratan yang dipenuhi untuk itu. Dengan cara menurunkan materi baru dari suatu proses produksi yaitu darimana mesin ini diturunkan kedalam masyarakat. Dan bagaimana memulai untuk berproduksi dan mampu untuk berdampak bagi efisiensi produksi.
Suatu bagian dari produksi membutuhkan para asisten, tugas tersebut yaitu untuk menjaga jalannya proses produksi dari mesin dan memantau dari pekerja lain yang tengah bekerja, serta membantu dari para pekerja yang tidak bisa bekerja secara sempurna. Dengan kata lain mesin membantu para pekerja. Mesin yang ideal yakni yak dapat bekerja secara otomatis. Operasi dari mesin membutuhakan suatu pengetahuan yang dapat mudah dimengerti oleh penggunanya. Para pekerja harus memiliki kemampuan intelektual maupun spiritual, tingkah laku tidak dibatasi pada proses operasuinal mesin; dibawah bentuk dari produksi sosial manusia akan memperoleh keadilan dari motif dan tujuan yang telah direncanakan, fakta dibuat dari realitas  dan mereka melakukannya pada tahap yang bersifat philosofis. Fakta gambaran materialisme dan hedonisme, telah merespon dari perjuangan dari bentuk pengetahuan modern, juga tekanan spiritual dan revolusi pencerahan rasional. Tingkah laku yang berbeda dari rasional yang tinggi. Fakta bahwa manusia tersentuh dalam hal yang bersifat alami dan harus diterima menjadi sesuatu yang penting. Atau lingkungan sosial mana yang harus dirubah karena mereka tidak menanggapi keinginan dari potensi yang dimiliki oleh manusia mirip seperti proses mesin yang merupakan perwujudan dari kebanyakan rasional.
Memanipulasi mesin dimaksudkan agar manusia dapat belajar agar bisa mengendalikan dan pada ahirnya mesin akan membuahkan hasil. Identik dengan pengaturan alat, tidak ada ruang yang berdiri sendiri. Rasional dari individu telah membangun hubungan efisiensi agar pada ahirnya bisa memberi maksud. Ahir-ahir ini telah banyak masyarakat yang telah menyerap dari konsep liberal, dan variasi fungsional dari alasan tersebut telah menutupi kondisi dari perawatan alat. Penemuan-penemuan digunakan untuk menunjang bisnis, dan selanjutnya digunakan untuk meningkatkan kewajiban-kewajiban mereka diluar berkonpentisi namun tidak secara alami, dan setiap kemajuan diperoleh karena adanya konpetitor, dan hal tersebut dilakukan karena menjadi sebuah kebutuhan agar tidak kalah dengan yang lainnya. Jadi dapat samakan  demikian, pada sistem monopoli  penemuan adalah suatu keharusan karena merupakan sumber dari sistem ini.
Setiap kerja sama mengarahkan pada insting manusia  bermaksud untuk membuat saluran bagi penghidupan agar terus berlanjut. Ekonomi yang dominan dan organisasi sosial tidak dapat menjamin mereka dari pengaruh-pengaruh luar, mereka melakukan suatu hubungan-hubungan tertentu untuk mengenali mereka sendiri apakah ada kesetiaan dan loyalitas diantara mereka. Hubungan diantara orang-perorang adalah untuk meningkatan kemampuan mereka terhadap pengendalian terhadap mesin. Tetapi alat mekanik juga menyerap dan menghalangi libido mereka, oleh karena itu penyatuan ini berbahaya dimana individu adalah mahluk yang bebas, dari lingkungan sosial. Kebanyakan orang dengan keras agar hidup mereka terjaga dari berbagai ancaman dengan menunjukan ini mobil mereka. Mesin adalah sebuah benda mati namun dianggap sama seperti manusia. Dan ini memberi umpan balik kepada manusia apa yang menjadi kepunyaan dari alat sosial. Tingkah laku manusia dibebaskan dengan rasionalitas dari proses mesin, dan rasionalitas ini memberi isi dari kehidupan sosial. Operasi dari mesin mengikuti hukum fisika. Tetapi ini seperti operasi menurut produksi besar, alasan kelayakan dari penggunaan mesin agar dapat memenuhi target waktu yang sama. Kelayakan dari efisiensi yaitu jika dapat memberikan keuntungan dan rasionalitas pada saat yang sama terkonsentrasi pada standar monopoli. Individu yang rasional akan menyenangi pekerjaan yang rasional pula, mereka juga menyerah pada sesuatu yang rasional pula. Mereka kehilangan kemampuan untuk mengabstraksikan dari bentuk yang spesial ketika rasionalitas membawa dan menghilangkan kesetiaan pada potensi yang tidak terpenuhi. Fakta ini membuat kepercayaan tidak berarti pada nilai yang telah melewati pandangan mereka, mereka mersa tersinggung seolah-olah seperti personal dan interpretasinya metapisik atau mengada-ada tanpa ada buknti yang nyata. Kecurigaan ini terjadi pada semua standar yang terkait dan dapat dilihat dari semua alat yang bersifat rasional, sampai pada kebebasan yang sifatnya rasional. Semua tingkah laku tersebut yaitu untuk melayani dengan baik  dan menarik untuk mengalahkan dari dominasi yang lebih besar dari sesuatu yang nyata. Proses dari suatu mesin dibuhkan suatu latihan yang konsisten untuk mengerti tentang sesuatu dari nya. Dan latihan ini membutuhkan dukungan waktu dari jadwal hidup. Derajat latihan membutuhkan strategi, dengan bersikap dan dapat mengatur waktu serta mampu untuk beradaptasi. Persesuaian mekanik menyebar dari teknologi kepada kebutuhan sosial bukan hanya kebutuhan akan pabrik dan toko, tetapi juga pada kantor, sekolah, rapat dan pada ahirnya akan terwujud relaksasi dan hiburan bagi individu. Jika hanya mementingkan pada produksi mesin-mesin berarti telah memiliki sikap yang mementingkan diri sendiri. Tidak dari paksaan dari luar tetapi oleh rasional yang dibawa mereka dalam hidup. Phsykologi industri membenarkan asumsi bahwa perubahan manusia adalah perbaikan tingkah laku emosi dan tidak terpengaruh oleh reaksi yang ada. Dibenarkan bahwa pengaruh luar terhadap perubahan manusia. Proses dari operasi mesin menjadikan manusia memiliki tingkah laku layaknya mesin, dan menjadi lebih konpetitif. Efisiensi adalah salah satu pengaruh kecil yang diakibatkan oleh mesin ini dan menjadikan manusia bersaing dengan manusia lainnya. Tetapi manusia yang tidak berpengalaman akan kehilangan kebebasan dalam bekerja dan memiliki sifat bermusuhan dengan orang luar. Mereka dapat kebebasan dengan menyatakan pendapat mereka sendiri dengan cara-cara yang dibenarkan oleh aturan. Poin ini mesin adalah alat untuk mengatur indifidu agar mampu beradaptasi dengan keadaan yang rasional, bukan dengan yang tidak rasional seperti protes yang menyebabkan kerusuhan. Sistem kehidupan diciptakan dari sistem industri adalah suatu yang layak, karena sistem ini telah membebaskan dari kesulitan dan juga lebih efisien. Alasan ini diartikan dengan memiliki kesamaan dengan aktivitas yang berhubungan dengan dunia ini. Tingkah laku rasional menjadi identik dengan sebuah fakta dimana mengajarkan bagaimana caranya bersikap dan bertanggung jawab terhadap perbuatan kita sendiri setelah mendapatkan  tekanan hidup yang besar.
Sebuah ide yang harus tunduk pada efisiensi menggambarkan struktur yang telah temakan isu rasional. Rasionalitas adalah sebuah transformasi dari sebuah kritik kedalam salah satu pembenaran dan kepatuhan. Otonomi dari sebuah alasan yang hilang adalah interpretasi kita terhadap sentuhan perasaan dan tindakan dari bentuk manusia terhadap alat-alat yang mereka ciptakan sendiri. Alasan dibangun rasionalitas  menjadi kuburan dari sistem kontrol yang telah baku dari konsumsi dan produksi. Ini telah melewarti diluar hukum dan mekanisme dari kelayakan efisiensi dan kecocokan dari sistem ini.
http://yumantoko.blogspot.com/2008/11/dampak-teknologi-pada-kehidupan-sosial.html#!/2008/11/dampak-teknologi-pada-kehidupan-sosial.html

Senin, 02 Mei 2011

kebudayaan jerman

Kebudayaan Jerman
Kebudayaan Jerman
Kehidupan budaya di Jerman mempunyai banyak segi. Terdapat sekitar 300 teater tetap dan 130 orkes profesional antara Flensburg di utara dan Garmisch di selatan. 500 museum seni rupa dengan koleksi serbaneka yang bertaraf tinggi menurut ukuran internasional membentuk jaringan museum yang unik. Seni lukis muda juga sangat hidup di Jerman dan telah mendapat tempat di dunia internasional. Dengan sekitar 95.000 judul buku baru yang diterbitkan atau dicetak ulang tiap tahun, Jerman juga tergolong negara perbukuan yang besar. 350 judul surat kabar harian dan ribuan judul majalah membuktikan perkembangan dunia media yang baik. Sukses baru juga tercatat oleh produksi film – tidak hanya di bioskop Jerman, melainkan di berbagai negara di dunia.


Seni Teater di Jerman

Di mancanegara teater Jerman sering dicap sebagai ribut dan dilanda narsisme. Akan tetapi di belakangnya terdapat sistem yang dikagumi di seluruh dunia. Kota-kota yang tidak begitu besar pun memiliki gedung opera dan ansambel balet di samping teater sandiwara. Secara keseluruhan terbentuk semacam panorama teater, sebuah jaringan rapat yang terdiri dari teater milik negara bagian dan kota, teater keliling dan teater swasta. Dengan bersumber pada gerakan mahasiswa tahun 1968, telah berkembang paguyuban seni panggung yang besar, yaitu apa yang disebut Kelompok-Kelompok Bebas. Eksistensi kelompok tersebut membuktikan masih tetap adanya kecintaan akan teater yang yang ingin mengungkapkan dirinya di panggung. Sumbangan masyarakat Jerman bagi teater cukup besar: bentuknya gagasan, perhatian dan dana. Banyak orang menganggap panggung-panggung sebagai hal mewah, mengingat pendapatan teater dari karcis masuk pada umumnya hanya mencapai sepuluh atau lima belas persen dari pengeluarannya. Sistem subsidi berlaku juga untuk teater swasta – seperti Schaubühne di Berlin, yang didirikan oleh sutradara Peter Stein. Akan tetapi sistem itu telah mencapai titik kulminasi dalam perkembangannya dan sedang berada dalam tahap yang sulit, karena seni suka diukur dengan prasyarat materinya.

Selama periode yang panjang Peter Stein dianggap sebagai tokoh unik dalam teater Jerman. Berbeda dengan sutradara lainnya ia menciptakan karya yang dapat dikenali melalui kontinuitas pengulangan motif, tema dan pengarang. Gaya penyutradaraannya mengutamakan teks. Antara angkatan seniman yang berteater sekarang dan tokoh seperti Peter Stein, Peter Zadek atau Claus Peymann, pemimpin Berliner Ensemble, terbentang jarak yang jauh. Mereka yang tergolong pemberontak tahun 1968 itu memakai perbendaharaan kata yang tidak cocok lagi untuk teater kontemporer. Pengertian seperti mencerahkan, mengajari, menelanjangi atau menindak berkesan usang. Teater angkatan muda tidak lagi mau menjadi avant-garde, melainkan mencari bentuk ekspresi tersendiri. Setelah era naik daunnya seniman muda seperti Leander Haußmann, Stefan Bachmann dan Thomas Ostermeier pada tahun 1990-an, para sutradara itu kini sudah menjadi kepala teater.

Frank Castorf yang namanya terkenal sebagai penghancur karya drama telah menjadi teladan bagi generasi seniman teater itu. Di teater Volksbühne yang dipimpinnya di Berlin, ia membiarkan teks sandiwara diutak-atik dan disusun kembali sesukanya. Nama Christoph Marthaler dan Christoph Schlingensief juga menandai pandangan baru mengenai seni panggung yang menanggapi pergeseran yang terjadi seusai Perang Dingin dan seiring dengan kedatangan kapitalisme global. Sutradara seperti Michael Thalheimer, Armin Petras, Martin Kusej, René Pollesch atau Christina Paulhofer telah menciptakan bentuk pementasan yang mengutamakan gaya daripada isi cerita: Cara bercerita tradisional dengan berpegang pada teks terasa agak asing bagi mereka. Ciri yang menandai teater Jerman selama kurang lebih 250 tahun, yaitu konfrontasi dengan masyarakat, telah memudar. Hal itu tampak juga dalam Pertemuan Teater Berlin setiap tahun. Yang ada sekarang keanekaragaman yang berwarna-warni. Namun tidak pernah ada teater yang berlangsung terlepas dari waktu pementasannya. Teater harus menciptakan gambaran mengenai kehidupan kita, sekaligus menghidupkan ingatan. Untuk itu teater disubsidi. Itulah fungsi kemasyarakatannya.

Seni Musik di Jerman

Nama baik Jerman sebagai negara musik tetap terkait dengan nama penggubah seperti Bach, Beethoven, Brahms, Händel dan Richard Strauss. Mahasiswa datang dari seluruh dunia untuk belajar di perguruan tinggi musik, pencinta musik mengunjungi festival-festival – dari Festival Wagner di Bayreuth sampai Donaueschinger Musiktage untuk musik kontemporer. Di Jerman terdapat 80 teater musik yang dibiayai oleh dana publik, yang terkemuka di antaranya gedung opera di Hamburg, Berlin, Dresden dan München serta di Frankfurt am Main dan Leipzig. Dalam persaingan untuk merebut hadiah tahunan “Opernhaus des Jahres” yang diberikan oleh para penulis resensi, belakangan ini gedung opera Stuttgart paling sering berhasil. Orkes Filharmoni Berlin pimpinan dirigen Inggris terkenal Sir Simon Rattle dianggap sebagai yang terbaik di antara sekitar 130 orkes di Jerman. Kelompok “Ensemble Modern” di Frankfurt memajukan produksi musik kontemporer dengan mementaskan sekitar 70 karya baru per tahun, di antaranya 20 pagelaran perdana. Di samping dirigen kondang seperti Kurt Masur atau Christoph Eschenbach ada pemimpin orkes yang menonjol di generasi lebih muda, yaitu Ingo Metzmacher dan Christian Thielemann. Penyanyi dan pemain instrumen yang tergolong paling baik di dunia adalah Waltraud Meier, soprano, Thomas Quasthoff, bariton, dan pemain klarinet Sabine Meyer. Pemain biola Anne- Sophie Mutter tampil di muka publik yang sangat besar dan yang tidak selalu menikmati musik klasik saja.

Sejak tahun 1950-an, perkembangan musik kontemporer ikut ditentukan oleh pelopor musik elektronis Karlheinz Stockhausen dan antipodenya yang mempertahankan tradisi, komponis opera Hans Werner Henze. Dewasa ini musik kontemporer memadukan beberapa gaya: Heiner Goebbels menghubungkan musik dengan teater, Helmut Lachenmann menelusuri kemungkinan ekspresi instrumen sampai ke batas ekstrem. Wolfgang Rihm menunjukkan kemungkinan perkembangan ke arah musik yang lebih mudah dipahami. Di sisi lain spektrum musik ada penyanyi pop seperti Herbert Grönemeyer, yang meraih sukses sejak bertahun-tahun dengan lagu-lagu berbahasa Jerman, sama halnya dengan kelompok musik punkrock “Die Toten Hosen”, grup hip-hop “Die Fantastischen Vier” dan “Tokio Hotel”. Selama beberapa tahun terakhir ini, seniman muda seperti penyanyi Xavier Naidoo (“Söhne Mannheims”) berhasil dengan mengacu pada gaya soul dan rap Amerika Serikat. Sukses grup musik “Wir sind Helden” dari Berlin akhir-akhir ini menimbulkan gelombang pendirian grup musik Jerman muda. Pendirian “Akademi Pop” di Mannheim memperlihatkan kemauan politik untuk meningkatkan daya saing musik pop Jerman di gelanggang internasional.

Seni Rupa di Jerman

Sejak tahun 90-an, seni lukis dan fotografi dari Jerman meraih sukses besar di dunia internasional. Apa yang disebut “keajaiban lukisan baru Jerman” dikenal di luar negeri sebagai “Young German Artists”. Para seniman berasal dari Leipzig, Berlin atau Dresden. Neo Rauch adalah wakil paling tenar dari “Mazhab Leipzig Baru”. Gaya mazhab tersebut ditandai oleh realisme baru yang berkembang – bebas ideologi – dari “Mazhab Leipzig” lama, yang termasuk lingkup seni rupa bekas RDJ. Lukisannya sering memperlihatkan orang-orang pucat yang seolah-olah menunggu sesuatu yang tak tentu. Motif itu dapat ditafsirkan sebagai pantulan keadaan di Jerman pada awal milenium baru. Apa yang disebut “Dresden Pop”, di antaranya Thomas Scheibitz, memetik unsur dari iklan dan dari estetika video dan televisi sambil bermain dengan estetika swakaji mengenai sini dan kini.

Kebanyakan seniman muda menganggap pembahasan kritis mengenai nasionalsosialisme, seperti yang ditemukan dalam karya Hans Haacke, Anselm Kiefer dan Joseph Beuys, sebagai urusan masa lampau. Sebaliknya yang tampak di kalangan perupa ialah “kebatinan baru” serta penggarapan bidang-bidang pengalaman yang saling berbenturan: Karya-karya Jonathan Meese dan André Butzer mencerminkan depresi dan fenomena-fenomena obsesi; kedua perupa itu dianggap sebagai wakil “realisme neurotik”. Dengan karyanya “Mental Maps”, Franz Ackermann menggambarkan dunia sebagai desa global dan memperlihatkan musibah yang berlangsung di balik layar. Tino Seghal menghasilkan karya seni yang eksistensinya terbatas pada waktu performance-nya dan yang tidak boleh direkam; ia mencari bentuk produksi dan bentuk komunikasi di luar batas ekonomi pasaran. Besarnya perhatian kepada seni rupa di Jerman tercermin dalam pameran documenta yang diselenggarakan lima tahun sekali di Kassel sebagai pameran seni rupa aktual yang terkemuka di dunia.

Berbeda dengan seni rupa - yang arti pentingnya digarisbawahi oleh pendirian sejumlah museum swasta baru - seni fotografi di Jerman harus berjuang lama sampai diakui sebagai bentuk seni yang mandiri. Sebagai pelopor pada tahun 70-an dikenal Katharina Sieverding dengan rangkaian potret dirinya yang menelusuri batas antara individu dan masyarakat.

Terobosan terjadi pada tahun 90-an dengan sukses yang diraih tiga murid dari Bernd dan Hilla Becher, suami-istri yang mengajar fotografi pada Akademi Seni di Düsseldorf: Dalam karya foto mereka, Thomas Struth, Andreas Gursky dan Thomas Ruff menimbulkan realitas mengilap yang menyembunyikan sesuatu. Pengaruh kelompok ini terhadap corak fotografi begitu besar sehingga mereka dinamakan “Struffsky” saja di kalangan internasional.

Komentar : Di mancanegara teater Jerman sering dicap sebagai ribut dan dilanda narsisme. Akan tetapi di belakangnya terdapat sistem yang dikagumi di seluruh dunia. Kota-kota yang tidak begitu besar pun memiliki gedung opera dan ansambel balet di samping teater sandiwara. Secara keseluruhan terbentuk semacam panorama teater. Nama baik Jerman sebagai negara musik tetap terkait dengan nama penggubah seperti Bach, Beethoven, Brahms, Händel dan Richard Strauss. Mahasiswa datang dari seluruh dunia untuk belajar di perguruan tinggi musik, pencinta musik mengunjungi festival-festival – dari Festival Wagner di Bayreuth sampai Donaueschinger Musiktage untuk musik kontemporer. Di Jerman terdapat 80 teater musik yang dibiayai oleh dana publik, yang terkemuka di antaranya gedung opera di Hamburg, Berlin, Dresden dan München serta di Frankfurt am Main dan Leipzig.
Sumber : http://theblackaxe.blogspot.com/2010/12/kebudayaan-jerman.html

kebudayaan china

Kebudayaan Cina
Kebudayaan Cina (bahasa Cina: 中國文化) ialah penempatan kepada salah satu tamadun tertua dan paling kompleks yang meliputi sejarah lebih 5,000 tahun. Negara China meliputi kawasan geografi besar yang penuh adat dan tradisi yang banyak berbeza antara pekan, bandar dan wilayah.
Kebudayaan Cina ialah istilah umum yang mengertikan asas kebudayaannya, juga di kalangan kawasan berbahasa Cina di luar Tanah Besar China.
Orang dalam budaya
Identiti
Di China wujudnya banyak kelompok etnik. Dari segi perangkaan pula, kelompok etnik yang terbesar ialah bangsa Han. dalam sejarah, banyak kelompok telah berasimilasi dengan etnik lain atau lenyap tanpa meninggalkan kesan. Pada masa yang sama, ramai dalam identiti Han telah memelihara tradisi bahasa dan budaya setempat yang berbeza-beza. Istilah Zhonghua Minzu digunakan untuk menghuraikan anggapan nasionalisme China secara am. Kebanyakan identiti kebudayaan tradisional dalam lingkungan komuniti mesti berkaitan dengan membezakan nama keluarga.
Setempat
Budaya Cina tradisional meliputi kawasan geografi yang amat luas, setiap rantau biasanya dibahagi kepada subbudaya yang berbeza-beza. Berikut adalah kelainan-kelainannya:
• Kawasan lembangan Sungai Kuning termasuk Henan, Shanxi, Shaanxi, Hebei dan Shandong
• Kawasan lembangan Sungai Yangtze termasuk Sichuan, Yunnan, Guizhou, Hunan, Hubei, Jiangxi, Anhui, Zhejiang dan Jiangsu.
Masyarakat
Struktur
Sejak zaman Tiga Tokoh Murni dan Lima Maharaja, seseorang raja China pernah menjadi pemerintah terhadap segalanya. Zaman-zaman berbeza dalam sejarah menetapkan nama-nama berbeza untuk pelbagai kedudukan dalam masyarakat. secara konsepsi, setiap zaman maharaja atau feudal amat serupa, yang mana pegawai kerajaan dan tentera berpangka tinggi dalam hierarki, sementara penduduk-penduduk lain pula di bawah undang-undang China biasa.[1] Sejak akhir Dinasti Zho (1046–256 BCE), masyarakat China tradisional disusun menjadi sistem hierarki golongan socio-ekonomi yang dikenali sebagai empat pekerjaan. Bagaimanapun, sistem ini tidak meliputi semua golongan sosial sementara pembezaan antara semua golongan menjadi kabur sejak pengkomersialan masyarakat China pada Dinasti Song (960–1279 CE). Pendidikan China Kuno juga panjang sejarahnya; sejak Dinasti Sui (581–618 CE) calon-calon berpendidikan membuat persediaan untuk peperiksaan diraja yang mengerah lulusan peperiksaan ke dalam kerajaan sebagai birokrat sarjana. Kemahiran dagangan dan kraf biasanya diajar oleh sifu. Sejarawan wanita Ban Zhao mengarang Pengajaran untuk Wanita pada Dinasti Han dan menggariskan empat nilai yang harus dituruti kaum wanita, sementara sarjana-sarjana seperti Zhu Xi dan Cheng Yi turut mengembangkan nilai-nilai ini. Perkahwinan Cina dan amalan seks Tao adalah antara adat-istiadat yang dijumpai dalam masyarakat.
Nilai-nilai
Kebanyakan nilai sosial diterbitkan dari Konfusianisme dan Taoisme dengan kombinasi konservatisme. Perkara mengenai fahaman mana paling berpengaruh selalu menjadi bahan perdebatan kerana timbulnya banyak konsep seperti Neo-Konfusianisme, agama Buddha dan banyak lagi. Penjelmaan dan konsep-konsep kelahiran semula lain ialah satu peringatan akan hubungan antara hidup sebenar dan alam seterusnya.
Bahasa
Bahasa Cina lisan terdiri daripada sebilangan dialek Cina sepanjang sejarah. Ketika Dinasti Ming, bahasa Mandarin baku dinasionalkan. Sengguhpun begitu, barulah ketika zaman Republik China pada awal abad ke-20 apabila kelihatan apa-apa hasil yang nyata dalam memupuk satu bahasa seragam di China.
Pada zaman kuno, bahasa Cina Klasik menjadi standard penulisan selama beribu-ribu tahun, tetapi banyak terhad kepada golongan sarjana dan cendekiawana. Menjelang abad ke-20, jutaan rakyat, termasuk yang di luar kerabat diraja buta huruf[1]. Hanya selepas Gerakan 4 Mei baru bermulanya usaha beralih ke bahasa Cina Vernakular yang membolehkan rakyat biasa membaca kerana dirangka berasaskan linguistik dan fonologi bagi suatu bahasa lisan.
Mitos dan kerohanian
Sebahagian besar budaya Cina berasaskan tanggapan bahawa wujudnya sebuah dunia roh. Berbagai-bagai kaedah penelahan telah membantu menjawab soalan, dan dijadikan pun alternatif kepada ubat. Budaya rakyat telah membantu mengisi kekosongan untuk segala hal yang tiada penjelasannya. Kaitan antara mitos, agama dan fenomena yang aneh memang rapat sekali. Dewa-dewi menjadi sebahagian tradisi, antara yang terpenting termasuk Guan Yin, Maharaja Jed dan Budai. Kebanyakan kisah-kisah ini telah berevolusi menjadi perayaan tradisional Cina. Konsep-konsep lain pula diperluas ke luar mitos menjadi lambang kerohanian seperti dewa pintu dan singa penjaga. Di samping yang suci, turut dipercayai yang jahat. Amalan-amalan seperti menghalau mogwai dan jiang shi dengan pedang kayu pic dalam Taoisme adalah antara konsep yang diamalkan secara turun-temurun. Upacara penilikan nasibCina masih diamalkan pada hari ini selepas bertahun-tahun mengalami perubahan.
Komentar : Di China wujudnya banyak kelompok etnik. Dari segi perangkaan pula, kelompok etnik yang terbesar ialah bangsa Han. dalam sejarah, banyak kelompok telah berasimilasi dengan etnik lain atau lenyap tanpa meninggalkan kesan. Pada masa yang sama, ramai dalam identiti Han telah memelihara tradisi bahasa dan budaya setempat yang berbeza-beza. Istilah Zhonghua Minzu digunakan untuk menghuraikan anggapan nasionalisme China secara am. Kebanyakan identiti kebudayaan tradisional dalam lingkungan komuniti mesti berkaitan dengan membezakan nama keluarga

Sumber : http://ms.wikipedia.org/wiki/Kebudayaan_Cina

kebudayaan amerika

Budaya Amerika Serikat
Perkembangan Budaya Amerika Serikat — sejarah, hari-hari libur, olah raga, agama, kuliner, musik, tari, dan seni rupa — banyak dipengaruhi oleh budaya eropa, khususnya inggris, serta budaya indian sebagai masyarakat asli.
Negara Amerika Serikat pada awal-awal berdirinya memberlakukan kebijakan buka pintu bagi para imigran yang datang dari seluruh dunia. Para imigran yang datang ke Amerika, dan kemudian memilih untuk menetap dan menjadi warga Amerika, oleh pemerintah diminta untuk tidak meninggalkan kebudayaannya dan tetap mempraktekannya selama tinggal di Amerika. Hal tersebut membuat budaya Amerika Serikat menjadi multikultural. Berbagai macam budaya dunia bercampur, namun budaya country dan koboi umumnya menjadi salah satu lambang dan ciri khas yang terkenal tentang Amerika.
Masyarakat Amerika Serikat mengakui mereka tidak memiliki budaya khusus turun termurun, melainkan menganggap bahwa budaya mereka adalah budaya untuk "berusaha menjadi yang terbaik". Karena tidak ada faktor kasta, agama, dan budaya yang menghalangi hal ini, masyarakat di negara tersebut mempercayai, seseorang yang berusaha untuk menjadi yang terbaik, akan dapat menjadi yang terbaik.
Budaya Amerika Serikat telah berkembang ke seluruh dunia dalam berbagai bentuk adaptasi dan telah memengaruhi seluruh dunia, khususnya dunia Barat. Musik di Amerika Serikat banyak didengarkan di seluruh dunia, dan tayangan film beserta televisi Amerika Serikat dapat dilihat di manapun. Kini sebagian besar kota di sana memiliki musik klasik dan rakyat; pusat penelitian dan museum, pertunjukan tari, musik dan drama; proyek seni terbuka dan arsitektur penting.
Amerika Serikat juga menjadi pusat pendidikan yang berkualitas tinggi. Negara tersebut memiliki lebih dari 1.500 universitas, kolese, dan berbagai institusi pendidikan, beberapa di antaranya terkenal di seluruh dunia. Di negara tersebut banyak terdapat tempat-tempat berjudi seperti di kota Las Vegas yang dikenal sebagai Sin City (Kota Penuh Dosa).
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Amerika_Serikat

tarian asal afrika

KEBUDAYAAN TARIAN ASAL AFRIKA
Meski hanya bercelana panjang putih dengan kain oranye sederhana, plus tongkat pendek, ia adalah seorang raja. Pemimpin masyarakat yang diagungi karena mengemban tugas menjaga berlangsungnya keseimbangan alam. Ia adalah raja dari Afrika Selatan.
Ia Vincent Sekwati Koko Mantsoe. Tubuhnya hitam dan berotot. Tatapannya tajam dan gerak langkahnya pasti. Ia berputar sekali, dua kali, lalu terdiam. Lalu mulai bergerak, gemulai, dan sedetik kemudian berubah cepat. Temponya masih beraturan dan olah tubuhnya tetap bisa dinikmati.
Mantsoe tengah menjadi raja dalam pertunjukan tunggalnya yang bertajuk Barena (Chiefs). Komposisi tari karya koreografer Afrika Selatan itu sekaligus menjadi nomor penutup perhelatan Indonesian Dance Festival ke-10, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada Kamis malam lalu. Karya Mantsoe tersebut tampil setelah penampilan dua karya koreografer Indonesia, Jecko Siompo bertajuk Dari Beta Max Sampai DVD Berjajar Pulau-pulau dan Eko Supriyanto berjudul Home: Ungratifying Life.
Gaya menari Mantsoe sangat enerjetik. Dengan latar tari tradisional Afrika yang dinamis, membuat olah tubuhnya tak monoton. Ia merentangkan kedua kakinya membentuk kuda-kuda sejajar. Layaknya tarian Jawa, ujung jarinya pun lentik gemulai ke kiri dan ke kanan. “Entahlah, saya justru mendapat gerak seperti itu saat berada di Australia,” ujarnya seusai pentas.
Setelah itu, gerak perutnya yang patah-patah pun makin dominan. Sambil mempertontonkan otot lengannya, ia membentangkan badan. Hingga napas yang terengah-engah membuat dadanya naik-turun cepat.
Tongkat yang selalu digenggamnya juga mampu menjadi beberapa medium berbeda. Selain sebagai lambang keagungan sang raja, tongkat itu mampu jadi tombak dan bahkan bisa berfungsi jadi cangkul. Kala menjadi tombak, Mantsoe memperlihatkan gerakan cepat dan tendangan ke udara. “Terlihat seperti Capuera ya, padahal saya belajar Thai Chi loh,” katanya. Dan ketika berubah jadi cangkul, sang raja pun seolah bermutasi menjadi masyarakat petani.
Barena berkisah tentang kehidupan seorang raja dengan masyarakat yang dipimpinnya. Raja duduk di singgasana dan doing nothing. “Raja cuma bisa say hello and good bye,” ujar Mantsoe.
Adapun rakyatnya banting tulang untuk memakmurkan kerajaan. Lalu sang raja sadar, betapa ia terlalu jauh dari rakyatnya. “Meski jadi raja, ia pun manusia biasa. Sang raja ingin menari dan bercengkrama dengan mereka,” katanya. Inilah dua sisi humanis yang bisa dialami oleh siapa saja.
Nomor tari berdurasi 25 menit ini sarat pesan moral. Meski dipentaskan dengan latar panggung yang sederhana, hanya bentangan gambar akar pohon yang dibidik dari film proyektor, Mantsoe mampu memberika tontonan segar di antara ragam tari kontemporer saat ini. Kisah ini pun berbanding lurus dengan latar kehidupan Mantsoe kecil yang tumbuh di tengah semaraknya Apartheid di kampungnya, Soweto, Afrika Selatan.
Nomor yang satu ini bukanlah barang baru dalam daftar karya sang maestro tari Afrika Selatan. Barena pernah dipentaskan di beberapa negara sejak 2002 lalu. Padatnya jadwal manggung Mantsoe membuat dirinya tak memiliki waktu untuk mempersembahkan karya baru bagi pergelaran yang baru pertama kali diikutinya ini. “Saya sudah mendengar gaung IDF sejak dulu, dan sering juga diundang. Namun selalu tak bisa karena memang jadwalnya tak pernah pas,” ujarya.
Mantsoe menempuh jalan panjang dalam menapaki karirnya. Setelah bertahun-tahun ia hanya menari di sanggar anak muda Joy Dancers dan berlatih tari jalanan, ia kemudian berjodoh dengan kelompok tari di Johhanesburg, Moving Into Dance Mophatong (MIDM). Atas bimbingan Sylvia Glasser, ia mempelajari teknik tari Afrika Selatan dan Australia. Jadilah rumus versi Mantsoe, kolaborasi gerakan African-Kontemporer-Asia.
Debut Mantsoe dimulai pada 1992. Ia menciptakan berberapa karya, antara lain, Speaking with Tongues, Gula Matari, Tlotlo, Naka, dan Men-Jaro. Sebuah kehormatan tak terlupakan saat ia tampil mementaskan karya tunggalnya pada inagurasi presiden Nelson Rolithlahtla Mandela (1994), dan di depan Queen Beatrix dari Belanda.
Pada pertengahan 1990, Mantsoe meraih posisi kehormatan “International Choreographic Commissions” untuk karya Sasanka pada Harlem Dance Theatre di Amerika Serikat, Bodika di COBA Kanada, Majara pada Skanes Danse Theatre di Swedia, dan Letlalo pada Ace di Inggris.
Komentar : seorang raja hanya menggunakan celana panjang putih dengan kain oranye sederhana, plus tongkat pendek, ia menari. Pemimpin masyarakat yang diagungi karena mengemban tugas menjaga berlangsungnya keseimbangan alam. Ia adalah raja dari Afrika Selatan Gaya menari Mantsoe sangat enerjetik. Dengan latar tari tradisional Afrika yang dinamis, membuat olah tubuhnya tak monoton. Ia merentangkan kedua kakinya membentuk kuda-kuda sejajar. Layaknya tarian Jawa, ujung jarinya pun lentik gemulai ke kiri dan ke kanan. “Entahlah, saya justru mendapat gerak seperti itu saat berada di Australia,” ujarnya seusai pentas.
Sumber : http://julliefille.student.umm.ac.id/2010/07/28/kebudayaan-tarian-afrika/

Aneka ragam budaya Jepang (bunka, matsuri, ongaku, eiga , iro-iro aru)

Aneka ragam budaya Jepang (bunka, matsuri, ongaku, eiga , iro-iro aru)

Negara Jepang kaya dengan berbagai kebudayaan leluhurnya yang beraneka ragam. Walaupun saat ini perkembangan teknologi di Jepang terus up date dalam hitungan perdetik , namun sisi tradisional masuh terus dilestarikan hingga sekarang ini. Berikut ini adalah salah satu dari berbagai macam kebudayaan Jepang yang masih terus berlangsung hingga saat ini :

Matsuri (祭, Matsuri) adalah kata dalam bahasa Jepang yang menurut pengertian agama Shinto berarti ritual yang dipersembahkan untuk Kami, sedangkan menurut pengertian sekularisme berarti festival, perayaan atau hari libur perayaan.

Matsuri diadakan di banyak tempat di Jepang dan pada umumnya diselenggarakan jinja atau kuil, walaupun ada juga matsuri yang diselenggarakan gereja dan matsuri yang tidak berkaitan dengan institusi keagamaan. Di daerah Kyushu, matsuri yang dilangsungkan pada musim gugur disebut Kunchi.

Sebagian besar matsuri diselenggarakan dengan maksud untuk mendoakan keberhasilan tangkapan ikan dan keberhasilan panen (beras, gandum, kacang, jawawut, jagung), kesuksesan dalam bisnis, kesembuhan dan kekebalan terhadap penyakit, keselamatan dari bencana, dan sebagai ucapan terima kasih setelah berhasil dalam menyelesaikan suatu tugas berat. Matsuri juga diadakan untuk merayakan tradisi yang berkaitan dengan pergantian musim atau mendoakan arwah tokoh terkenal. Makna upacara yang dilakukan dan waktu pelaksanaan matsuri beraneka ragam seusai dengan tujuan penyelenggaraan matsuri. Matsuri yang mempunyai tujuan dan maksud yang sama dapat mempunyai makna ritual yang berbeda tergantung pada daerahnya.

Pada penyelenggaraan matsuri hampir selalu bisa ditemui prosesi atau arak-arakan Mikoshi, Dashi (Danjiri) dan Yatai yang semuanya merupakan nama-nama kendaraan berisi Kami atau objek pemujaan. Pada matsuri juga bisa dijumpai Chigo (anak kecil dalam prosesi), Miko (anak gadis pelaksana ritual), Tekomai (laki-laki berpakaian wanita), Hayashi (musik khas matsuri), penari, peserta dan penonton yang berdandan dan berpakaian bagus, dan pasar kaget beraneka macam makanan dan permainan.

Sejarah

Matsuri berasal dari kata matsuru (祀る, matsuru? menyembah, memuja) yang berarti pemujaan terhadap Kami atau ritual yang terkait. Dalam teologi agama Shinto dikenal empat unsur dalam matsuri: penyucian (harai), persembahan, pembacaan doa (norito), dan pesta makan. Matsuri yang paling tua yang dikenal dalam mitologi Jepang adalah ritual yang dilakukan di depan Amano Iwato.

Matsuri dalam bentuk pembacaan doa masih tersisa seperti dalam bentuk Kigansai (permohonan secara individu kepada jinja atau kuil untuk didoakan dan Jichinsai (upacara sebelum pendirian bangunan atau konstruksi). Pembacaan doa yang dilakukan pendeta Shinto untuk individu atau kelompok orang di tempat yang tidak terlihat orang lain merupakan bentuk awal dari matsuri. Pada saat ini, Ise Jingū merupakan salah satu contoh kuil agama Shinto yang masih menyelenggarakan matsuri dalam bentuk pembacaan doa yang eksklusif bagi kalangan terbatas dan peserta umum tidak dibolehkan ikut serta.

Sesuai dengan perkembangan zaman, tujuan penyelenggaraan matsuri sering melenceng jauh dari maksud matsuri yang sebenarnya. Penyelenggaraan matsuri sering menjadi satu-satunya tujuan dilangsungkannya matsuri, sedangkan matsuri hanya tinggal sebagai wacana dan tanpa makna religius.

Tiga matsuri terbesar

* Gion Matsuri (Yasaka-jinja, Kyoto, bulan Juli)
* Tenjinmatsuri (Osaka Temmangu, Osaka, 24-25 Juli)
* Kanda Matsuri (Kanda Myōjin, Tokyo, bulan Mei)

Matsuri yang terkenal sejak dulu

Daerah Tohoku

* Nebuta Matsuri (kota Aomori, bulan Agustus) dan Neputa Matsuri (kota Hirosaki, bulan Agustus)
* Kantō Matsuri (kota Akita, bulan Agustus)
* Sendai Tanabata Matsuri (kota Sendai, bulan Agustus)

Daerah Kanto

* Chichibuyo Matsuri (kota Chichibushi, Prefektur Saitama, 2-3 Desember)
* Sanja Matsuri (Asakusa-jinja, Tokyo, bulan Mei)
* Sannō Matsuri (Hie-jinja, Tokyo, bulan Juni)

Daerah Chubu

* Owarafū no bon (kota Toyama, Prefektur Toyama, bulan September)
* Shikinenzōei Onbashira Daisai (kota Suwa, Prefektur Nagano, diadakan setiap 6 tahun sekali, terakhir diadakan bulan April-Mei, 2004).
* Takayama Matsuri (kota Takayama, Prefektur Gifu, bulan April dan bulan Oktober)
* Furukawa Matsuri (kota Hida, Prefektur Gifu, bulan April)

Daerah Kinki

* Aoi Matsuri (Kyoto, bulan Mei)
* Jidai Matsuri (Heian-jingu, Kyoto, bulan Oktober)
* Tōdaiji Nigatsudō Shuni-e atau dikenal sebagai Omizutori (Nigetsu-dō, kuil Tōdaiji, Nara, 12 Maret)
* Kishiwada Danjiri Matsuri (Kishiwada, Prefektur Osaka, 14-15 September)
* Nada no Kenka Matsuri dan Banshū no Aki Matsuri (Prefektur Hyogo, diselenggarakan lebih dari seratus jinja di daerah Banshū dengan pusat keramaian di kota Himeji di bulan Oktober)
* Nachi no Hi Matsuri (Nachi Katsuura, Prefektur Wakayama, bulan Juli)
* Aizen Matsuri, Tenjinmatsuri dan Sumiyoshi Matsuri yang dikenal sebagai "Tiga Matsuri Musim Panas Terbesar di Osaka" (Prefektur Osaka, bulan Juni-Juli)

Daerah Chugoku dan Shikoku

* Saidaiji Eyō (Okayama, Prefektur Okayama, bulan Februari)
* Awa Odori (Tokushima, Prefektur Tokushima, 12-15 Agustus)

Daerah Kyushu

* Hakata Gion Yamakasa (Fukuoka, Prefektur Fukuoka, bulan Juli)
* Nagasaki Kunchi (Nagasaki, Prefektur Nagasaki, 7-9 Oktober)
* Karatsu Kunchi (Karatsu, Prefektur Saga, bulan November)

Pengertian lain

Dalam bahasa Jepang, kata "matsuri" juga berarti festival dan aksara kanji untuk matsuri (祭, matsuri?) dapat dibaca sebagai sai, sehingga dikenal istilah seperti Eiga-sai (festival film), Sangyō-sai (festival hasil panen), Ongaku-sai (festival musik) dan Daigaku-sai (festival yang diadakan oleh universitas).

Shimin Matsuri adalah sebutan untuk matsuri yang diselenggarakan pemerintah daerah atau kelompok warga kota dengan maksud untuk menghidupkan perekonomian daerah dan umumnya tidak berhubungan dengan institusi keagamaan.

Festival dan Matsuri yang lain

* Festival Salju Sapporo (Sapporo, Prefektur Hokkaido, bulan Februari)
* Festival Salju Iwate (Koiwai Farm, Shizukuishi, Prefektur Iwate, bulan Februari)
* YOSAKOI Sōran Matsuri (Sapporo, Hokkaido, bulan Juni)
* Niigata Odori Matsuri (Niigata, Prefektur Niigata, pertengahan bulan September)
* Odawara Hōjō Godai Matsuri (kota Odawara, Prefektur Kanagawa)
* Yosakoi Matsuri (kota Kochi, Prefektur Kochi, 9-12 Agustus)
* Hakata dontaku (3-4 April, kota Fukuoka)
* Hamamatsu Matsuri (3-5 Mei, kota Hamamatsu, Prefektur Shizuoka)
* Wasshoi Hyakuman Natsu Matsuri (kota Kita Kyūshū, Prefektur Fukuoka, hari Sabtu minggu pertama bulan Agustus)


Komentar :
Matsuri dalam bentuk pembacaan doa masih tersisa seperti dalam bentuk Kigansai (permohonan secara individu kepada jinja atau kuil untuk didoakan dan Jichinsai (upacara sebelum pendirian bangunan atau konstruksi). Pembacaan doa yang dilakukan pendeta Shinto untuk individu atau kelompok orang di tempat yang tidak terlihat orang lain merupakan bentuk awal dari matsuri. Pada saat ini, Ise Jingū merupakan salah satu contoh kuil agama Shinto yang masih menyelenggarakan matsuri dalam bentuk pembacaan doa yang eksklusif bagi kalangan terbatas dan peserta umum tidak dibolehkan ikut serta.

sumber : http://forum.detik.com/aneka-ragam-budaya-jepang-bunka-matsuri-ongaku-eiga-iro-iro-t29565.html

Rabu, 30 Maret 2011

kebudayan sunda

Budaya Sunda, Antara Mitos dan Realitas
Artikel Pikiran Rakyat édisi 6 Méi 2005
Oleh Drs. REIZA D. DIENAPUTRA, M.Hum.
W.S. Rendra dalam Kongres Kebudayaan IV di Jakarta, 29 Oktober - 3 November 1991, mengemukakan bahwa setidaknya ada tujuh daya hidup yang harus dimiliki oleh sebuah kebudayaan. Pertama, kemampuan bernapas. Kedua, kemampuan mencerna. Ketiga, kemampuan berkoordinasi dan berorganisasi. Keempat, kemampuan beradaptasi. Kelima, kemampuan mobilitas. Keenam, kemampuan tumbuh dan berkembang. Ketujuh, kemampuan regenerasi.
Kemampuan bernapas dalam kebudayaan dimaknai sebagai kemampuan untuk mengolah hawa menjadi prana, menjaga kebersihan udara, mengharmonikan kegiatan kehidupan dengan irama nafas, serta menghilangkan hal-hal yang menimbulkan ketegangan pada pikiran yang berarti menimbulkan kesesakan pada nafas kehidupan. Kemampuan mencerna dimaknai sebagai kemampuan untuk mencernakan berbagai pengalaman dalam kehidupan. Kemampuan berkoordinasi dan berorganisasi dimaknai sebagai kemampuan berinteraksi secara sosial.
Kemampuan beradaptasi dimaknai sebagai kemampuan kesadaran untuk secara kreatif mengatasi tantangan keadaan, tantangan zaman, dan tantangan berbagai ragam pergaulan. Kemampuan mobilitas dimaknai sebagai kemampuan untuk dengan kreatif menciptakan mobilitas sosial, politik, dan ekonomi, baik yang bersifat horizontal maupun vertikal.
Kemampuan tumbuh dan berkembang diartikan sebagai kemampuan kesadaran untuk selalu maju, selalu bertambah luas, dan dalam wawasannya selalu menawarkan paradigma-paradigma yang segar dan baru. Kemampuan regenerasi dimaknai sebagai kemampuan untuk mendorong munculnya generasi baru yang kreatif dan produktif.
Di samping daya hidup, unsur lain lagi yang juga penting dalam suatu kebudayaan adalah mutu hidup. Mutu hidup bukanlah merupakan kesempurnaan tetapi lebih dimaknai sebagai kewajaran. Adapun kewajaran dalam hidup manusia merupakan harmoni tiga mustika, yakni, tanggung jawab kepada kewajiban, idealisme, dan spontanitas. Tanggung jawab kepada kewajiban dimaknai sebagai sebuah kesadaran untuk selalu melaksanakan kewajiban-kewajiban secara penuh sesuai dengan tanggung jawab sosialnya.
Idealisme dimaknai sebagai rumusan sikap hidup seseorang di dalam menempuh padang dan hutan belantara kehidupan. Idealisme sekaligus merupakan sumber kepuasan batin seseorang. Spontanitas dimaknai sebagai ungkapan naluri dan intuisi manusia. Tanpa spontanitas akan menyebabkan hidup menjadi kering dan hambar.
Daya hidup
Kebudayaan Sunda termasuk salah satu kebudayaan suku bangsa di Indonesia yang berusia tua. Bahkan, dibandingkan dengan kebudayaan Jawa sekalipun, kebudayaan Sunda sebenarnya termasuk kebudayaan yang berusia relatif lebih tua, setidaknya dalam hal pengenalan terhadap budaya tulis. "Kegemilangan" kebudayaan Sunda di masa lalu, khususnya semasa Kerajaan Tarumanegara dan Kerajaan Sunda, dalam perkembangannya kemudian seringkali dijadikan acuan dalam memetakan apa yang dinamakan kebudayaan Sunda.
Kebudayaan Sunda yang ideal pun kemudian sering dikaitkan sebagai kebudayaan raja-raja Sunda atau tokoh yang diidentikkan dengan raja Sunda. Dalam kaitan ini, jadilah sosok Prabu Siliwangi dijadikan sebagai tokoh panutan dan kebanggaan urang Sunda karena dimitoskan sebagai raja Sunda yang berhasil, sekaligus mampu memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya.
Dalam perkembangannya yang paling kontemporer, kebudayaan Sunda kini banyak mendapat gugatan kembali. Pertanyaan seputar eksistensi kebudayaan Sunda pun sering kali mencuat ke permukaan. Apakah kebudayaan Sunda masih ada? Kalau masih ada, siapakah pemiliknya? Pertanyaan seputar eksistensi kebudayaan Sunda yang tampaknya provokatif tersebut, bila dikaji dengan tenang sebenarnya merupakan pertanyaan yang wajar-wajar saja. Mengapa demikian? Jawabannya sederhana, karena kebudayaan Sunda dalam kenyataannya saat ini memang seperti kehilangan ruhnya atau setidaknya tidak jelas arah dan tujuannya. Mau dibawa ke mana kebudayaan Sunda tersebut?
Kalaulah kemudian tujuh daya hidup kreasi Rendra digunakan untuk mengelaborasi kebudayaan Sunda kontemporer, setidaknya ada empat daya hidup yang perlu dicermati dalam kebudayaan Sunda, yaitu, kemampuan beradaptasi, kemampuan mobilitas, kemampuan tumbuh dan berkembang, serta kemampuan regenerasi. Kemampuan beradaptasi kebudayaan Sunda, terutama dalam merespons berbagai tantangan yang muncul, baik dari dalam maupun dari luar, dapat dikatakan memperlihatkan tampilan yang kurang begitu menggembirakan. Bahkan, kebudayaan Sunda seperti tidak memiliki daya hidup manakala berhadapan dengan tantangan dari luar.
Akibatnya, tidaklah mengherankan bila semakin lama semakin banyak unsur kebudayaan Sunda yang tergilas oleh kebudayaan asing. Sebagai contoh paling jelas, bahasa Sunda yang merupakan bahasa komunitas urang Sunda tampak secara eksplisit semakin jarang digunakan oleh pemiliknya sendiri, khususnya para generasi muda Sunda. Lebih memprihatinkan lagi, menggunakan bahasa Sunda dalam komunikasi sehari-hari terkadang diidentikkan dengan "keterbelakangan", untuk tidak mengatakan primitif. Akibatnya, timbul rasa gengsi pada urang Sunda untuk menggunakan bahasa Sunda dalam pergaulannya sehari-hari. Bahkan, rasa "gengsi" ini terkadang ditemukan pula pada mereka yang sebenarnya merupakan pakar di bidang bahasa Sunda, termasuk untuk sekadar mengakui bahwa dirinya adalah pakar atau berlatar belakang keahlian di bidang bahasa Sunda.
Apabila kemampuan beradaptasi kebudayaan Sunda memperlihatkan tampilan yang kurang begitu menggembirakan, hal itu sejalan pula dengan kemampuan mobilitasnya. Kemampuan kebudayaan Sunda untuk melakukan mobilitas, baik vertikal maupun horizontal, dapat dikatakan sangat lemah. Oleh karenanya, jangankan di luar komunitas Sunda, di dalam komunitas Sunda sendiri, kebudayaan Sunda seringkali menjadi asing. Meskipun ada unsur kebudayaan Sunda yang memperlihatkan kemampuan untuk bermobilitas, baik secara horizontal maupun vertikal, secara umum kemampuan kebudayaan Sunda untuk bermobilitas dapat dikatakan masih rendah sehingga kebudayaan Sunda tidak saja tampak jalan di tempat tetapi juga berjalan mundur.
Berkaitan erat dengan dua kemampuan terdahulu, kemampuan tumbuh dan berkembang kebudayaan Sunda juga dapat dikatakan memperlihatkan tampilan yang tidak kalah memprihatinkan. Jangankan berbicara paradigma-paradigma baru, iktikad untuk melestarikan apa yang telah dimiliki saja dapat dikatakan sangat lemah. Dalam hal folklor misalnya, menjadi sebuah pertanyaan besar, komunitas Sunda yang sebenarnya kaya dengan folklor, seberapa jauh telah berupaya untuk tetap melestarikan folklor tersebut agar tetap "membumi" dengan masyarakat Sunda.
Kalaulah upaya untuk "membumikan" harta pusaka saja tidak ada bisa dipastikan paradigma baru untuk membuat folklor tersebut agar sanggup berkompetisi dengan kebudayaan luar pun bisa jadi hampir tidak ada atau bahkan mungkin, belum pernah terpikirkan sama sekali. Biarlah folklor tersebut menjadi kenangan masa lalu urang Sunda dan biarkanlah folklor tersebut ikut terkubur selamanya bersama para pendukungnya, begitulah barangkali ucap urang Sunda yang tidak berdaya dalam merawat dan memberdayakan warisan leluhurnya.
Berkenaan dengan kemampuan regenerasi, kebudayaan Sunda pun tampaknya kurang membuka ruang bagi terjadinya proses tersebut, untuk tidak mengatakan anti regenerasi. Budaya "kumaha akang", "teu langkung akang", "mangga tipayun", yang demikian kental melingkupi kehidupan sehari-hari urang Sunda dapat dikatakan menjadi salah satu penyebab rentannya budaya Sunda dalam proses regenerasi. Akibatnya, jadilah budaya Sunda gagap dengan regenerasi.
Generasi-generasi baru urang Sunda seperti tidak diberi ruang terbuka untuk berkompetisi dengan sehat, hanya karena kentalnya senioritas serta "terlalu majunya" pemikiran para generasi baru, yang seringkali bertentangan dengan pakem-pakem yang dimiliki generasi sebelumnya. Akibatnya, tidaklah mengherankan bila proses alih generasi dalam berbagai bidang pun berjalan dengan tersendat-sendat.
Bila pengamatan terhadap daya hidup kebudayaan Sunda melahirkan temuan-temuan yang cukup memprihatinkan, hal yang sama juga terjadi manakala tiga mustika mutu hidup kreasi Rendra digunakan untuk menjelajahi Kebudayaan Sunda, baik itu mustika tanggung jawab terhadap kewajiban, mustika idealisme maupun mustika spontanitas. Lemahnya tanggung jawab terhadap kewajiban tidak saja diakibatkan oleh minimnya ruang-ruang serta kebebasan untuk melaksanakan kewaijiban secara total dan bertanggung jawab tetapi juga oleh lemahnya kapasitas dalam melaksanakan suatu kewajiban.
Hedonisme yang kini melanda Kebudayaan Sunda telah mampu menggeser parameter dalam melaksanakan suatu kewajiban. Untuk melaksanakan suatu kewajiban tidak lagi didasarkan atas tanggung jawab yang dimilikinya, tetapi lebih didasarkan atas seberapa besar materi yang akan diperolehnya apabila suatu kewajiban dilaksanakan. Bila ukuran kewajiban saja sudah bergeser pada hal-hal yang bersifat materi, janganlah berharap bahwa di dalamnya masih ada apa yang disebut mustika idealisme. Para hedonis dengan kekuatan materi yang dimilikinya, sengaja atau tidak sengaja, semakin memupuskan idealisme dalam kebudayaan Sunda. Akibatnya, jadilah betapa sulitnya komunitas Sunda menemukan sosok-sosok yang bekerja dengan penuh idealisme dalam memajukan kebudayaan Sunda.
Daya mati
Berpijak pada kondisi lemahnya daya hidup dan mutu hidup kebudayaan Sunda, timbul pertanyaan besar, apa yang salah dengan kebudayaan Sunda? Untuk menjawab ini banyak argumen bisa dikedepankan. Tapi dua di antaranya yang tampaknya bisa diangkat ke permukaan sebagai faktor berpengaruh paling besar adalah karena ketidakjelasan strategi dalam mengembangkan kebudayaan Sunda serta lemahnya tradisi, baca, tulis , dan lisan (baca, berbeda pendapat) di kalangan komunitas Sunda.
Ketidakjelasan strategi kebudayaan yang benar dan tahan uji dalam mengembangkan kebudayaan Sunda tampak dari tidak adanya "pegangan bersama" yang lahir dari suatu proses yang mengedepankan prinsip-prinsip keadilan tentang upaya melestarikan dan mengembangkan secara lebih berkualitas kebudayaan Sunda. Kebudayaan Sunda tampaknya dibiarkan berkembang secara liar, tanpa ada upaya sungguh-sungguh untuk memandunya agar selalu berada di "jalan yang lurus", khususnya manakala harus berhadapan dengan kebudayaan-kebudayaan asing yang galibnya terorganisasi dengan rapi serta memiliki kemasan menarik. Berbagai unsur kebudayaan Sunda yang sebenarnya sangat potensial untuk dikembangkan, bahkan untuk dijadikan model kebudayaan nasional dan kebudayaan dunia tampak tidak mendapat sentuhan yang memadai. Ambillah contoh, berbagai makanan tradisional yang dimiliki urang Sunda, mulai dari bajigur, bandrek, surabi, colenak, wajit, borondong, kolontong, ranginang, opak, hingga ubi cilembu, apakah ada strategi besar dari pemerintah untuk mengemasnya dengan lebih bertanggung jawab agar bisa diterima komunitas yang lebih luas. Kalau Kolonel Sanders mampu mengemas ayam menjadi demikian mendunia, mengapa urang Sunda tidak mampu melahirkan Mang Ujang, Kang Duyeh, ataupun Bi Eha dengan kemasan-kemasan makanan tradisional Sunda yang juga mendunia?
Lemahnya budaya baca, tulis, dan lisan ditengarai juga menjadi penyebab lemahnya daya hidup dan mutu hidup kebudayaan Sunda. Lemahnya budaya baca telah menyebabkan lemahnya budaya tulis. Lemahnya budaya tulis pada komunitas Sunda secara tidak langsung merupakan representasi pula dari lemahnya budaya tulis dari bangsa Indonesia. Fakta paling menonjol dari semua ini adalah minimnya karya-karya tulis tentang kebudayaan Sunda ataupun karya tulis yang ditulis oleh urang Sunda. Dalam kaitan ini, upaya Yayasan Rancage untuk memberikan penghargaan dalam tradisi tulis perlu mendapat dukungan dari berbagai elemen urang Sunda. Sayangnya, hingga saat ini pertumbuhan tradisi tulis pada urang Sunda masih tetap terbilang rendah.
Menurut A. Chaedar Alwasilah (2003), setidaknya ada sebelas ayat sesat yang telah menyebabkan lemahnya budaya tulis. Pertama, anggapan bahwa literasi adalah kemampuan membaca. Kedua, anggapan bahwa mahasiswa tidak perlu diajari cara menulis. Ketiga, anggapan bahwa penguasaan teori menulis akan membuat siswa mampu menulis. Keempat, anggapan bahwa tidak mungkin mengajarkan menulis pada kelas-kelas besar. Kelima, anggapan bahwa menulis dapat diajarkan manakala siswa telah menguasai tata bahasa. Keenam, anggapan bahwa karangan yang sulit dipahami memperlihatkan kehebatan penulisnya. Ketujuh, anggapan bahwa menulis hanya dapat diajarkan manakala siswa sudah dewasa. Kedelapan, anggapan bahwa menulis karangan naratif dan ekspositoris harus lebih dahulu diajarkan daripada genre-genre lainnya. Kesembilan, anggapan bahwa pengajaran bahasa adalah tanggung jawab guru bahasa. Kesepuluh, anggapan bahwa menulis mesti diajarkan lewat perkuliahan bahasa. Kesebelas, anggapan bahwa bacaan atau pengajaran sastra hanya relevan bagi (maha) siswa fakultas sastra.
Budaya lisan dalam kebudayaan Sunda sebenarnya merupakan budaya yang telah lama akrab dengan komunitas Sunda, bahkan usianya jauh lebih tua dibandingkan dengan budaya baca dan tulisan. Namun, budaya lisan dalam pengertian kapasitas untuk mengemukakan pendapat serta berjiwa besar dalam menghadapi pendapat yang berbeda masih merupakan barang yang masih amat sangat langka dalam Kebudayaan Sunda. Tradisi lisan Sunda tampaknya baru mampu menghargai komunikasi model monolog dan bukannya dialog. Akibatnya, kemampuan untuk menyampaikan pendapat dan menerima pendapat yang berbeda dalam Kebudayaan Sunda merupakan barang yang teramat mewah. Padahal, kapasitas untuk mengemukakan pendapat dan menerima pendapat yang berbeda ini menjadi salah satu dasar bagi munculnya daya hidup dan mutu hidup kebudayaan yang berkualitas. Kapasitas mengemukakan pendapat pada dasarnya merupakan representasi dari kemampuan bernafas dan mencerna, sementara kapasitas menerima dengan jiwa besar pendapat yang berbeda lebih merupakan representasi dari kemampuan berkoordinasi dan berorganisasi, kemampuan beradaptasi, kemampuan mobilitas, kemampuan tumbuh dan berkembang, serta kemampuan regenerasi.***
Penulis Lektor Kepala pada Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran serta Sekretaris Jenderal Pusat Kajian Lintas Budaya Bandung.











Tarian Jaipong Seni Tari Asal Jawa Barat
Jaipongan adalah seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Ia terinspirasi pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan atau Bajidoran atau Ketuk Tilu. Sehingga ia dapat mengembangkan tarian atau kesenian yang kini di kenal dengan nama Jaipongan.
Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari “Daun Pulus Keser Bojong” dan “Rendeng Bojong” yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri). Awal kemunculan tarian tersebut semula dianggap sebagai gerakan yang erotis dan vulgar, namun semakin lama tari ini semakin popular dan mulai meningkat frekuensi pertunjukkannya baik di media televisi, hajatan, maupun perayaan-perayaan yang disenggelarakan oleh pemerintah atau oleh pihak swasta.
Dari tari Jaipong ini mulai lahir beberapa penari Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kirniadi. Kehadiran tari Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para pencinta seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang di perhatikan. Dengan munculnya tari Jaipongan ini mulai banyak yang membuat kursus-kursus tari Jaipongan, dan banyak dimanfaatkan oleh para pengusaha untuk pemikat tamu undangan.
Di Subang Jaipongan gaya “Kaleran” memiliki ciri khas yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan. Hal itu tercermin dalam pola penyajian tari pada pertunjukannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada seni Jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di daerah Subang.
Tari Jaipongan pada saat ini bisa disebut sebagai salah satu tarian khas Jawa Barat, terlihat pada acara-acara penting kedatangan tamu-tamu dari Negara asing yang datang ke Jawa Barat, selalu di sambut dengan pertunjukkan tari Jaipongan. Tari Jaipongan ini banyak mempengaruhi pada kesenian-kesenian lainnya yang ada di Jawa Barat, baik pada seni pertunjukkan wayang, degung, genjring dan lainnya yang bahkan telah dikolaborasikan dengan Dangdut Modern oleh Mr. Nur dan Leni hingga menjadi kesenian Pong-Dut.
Komentar : bagi sebagian masyarakat tari jaipong ada yang mengaitkan dengan unsur porno aksi, Beberapa waktu yang lalu Gubernur Jawa Barat Ahmad Heriawan, mengimbau melalui kepala Dinas Pariwisata Jawa Barat, untuk mengurangi gerakan tari jaipong yang dianggap mengundang syahwat ituBagi kita sebagai warga Jawa Barat, sangat familiar sekali dengan tarian jaipong. Karena memang tarian inilah yang menjadi ciri khas jawa barat.
Tapi Sejumlah seniman tari jaipong menganggap selesai permasalahan isu miring pelarangan jaipong oleh Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ahmad Heryawan, yang belakangan ramai diberitakan di media.

Selesainya permasalahan ini terjadi ketika Gubernur mengadakan dialog langsung bersama para seniman Sunda yang diprakasai oleh Gugum Gumbira dan Uu Rukmana di Padepokan Jugala, Senin (9/2) malam.

"Permasalahan isu pelarangan tari jaipong kini sudah clear. Kami tidak resah lagi, dan Gubernur pun ternyata tak pernah mengucapkan kata tersebut," ungkap Gugum.

Dijelaskan Gugum, saat pemberitaan isu pelarangan tari jaipong di media gencar diberitakan, memang diakui sangat meresahkan para seniman jaipong. Banyak dari mereka yang digagalkan untuk manggung.

"Para seniman jaipong di Karawang dan Subang, yang mencari hidup di pangung-panggung, banyak yang dibatalkan permintaanya setelah gencarnya pemberitaan tersebut. Maka kami kini mengundang mereka supaya semuanya bisa jelas," ucap Gugum.

Uu Rukmana, pun percaya Gubernur tak pernah melarang jaipong.

Heryawan sendiri menuturkan, untuk kemajuan seni budaya, khususnya jaipong pihaknya akan menyediakan rumah budaya. "Untuk kemajuan budaya, mudah-mudahan pagelaran dan rumah budaya Sunda tercipta," tegas Gubernur.

Gubernur mengatakan pelarangan tari jaipong itu hanyalah isu. Bahkan isu yang menimpa dirinya, lanjut gubernur, tak hanya pelarangan jaipong, tetapi juga diisukan akan mengubah kurikulum dengan menghapus bahasa Sunda, serta akan 'mentalibankan' Jabar. "Itu semua salah, saya tak pernah bilang begitu," ucapnya.

Jumat, 11 Februari 2011

Mapping the subject-kedewasaan seseorang

Mengapa terkadang orang – orang tidak perduli dengan orang lain disekitarnya?

Petama – tama dapat dijelaskan arti dari peduli.
Peduli adalah sebuah nilai dasar dan sikap memperhatikan dan bertindak proaktif terhadap kondisi atau keadaan di sekitar kita. Peduli adalah sebuah sikap keberpihakan kita untuk melibatkan diri dalam persoalan, keadaan atau kondisi yang terjadi di sekitar kita.
Orang-orang peduli adalah mereka yang terpanggil melakukan sesuatu dalam rangka memberi inspirasi, perubahan, kebaikan kepada lingkungan di sekitarnya.Ketika ia melihat suatu keadaan tertentu, ketika ia menyaksikan kondisi masyarakat maka dirinya akan tergerak melakukan sesuatu. Apa yang dilakukan ini diharapkan dapat memperbaiki atau membantu kondisi di sekitarnya.
Sikap peduli adalah sikap keterpanggilan untuk membantu mereka yang lemah, miskin, membantu mengatasi penderitaan, dan kesulitan yang dihadapi orang lain.
Orang-orang peduli adalah orang-orang yang tidak bisa tinggal diam menyaksikan penderitaan orang lain.
Sikap peduli adalah sikap untuk pro aktif dalam mengatasi masalah-masalah di masyarakat dengan menggunakan dan memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat.
Sikap peduli adalah sikap kesediaan untuk memberi solusi terhadap persoalan masyarakat. Agar masyarakat dapat mau berdonasi, agar masyarakat mau menyumbang, agar masyarakat memilih kerelawanan sehingga mau membantu kesulitan saudara-saudara kita.
Peduli Adalah sikap untuk memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, selalu tergerak membantu kesulitan manusia lainnya. Sikap peduli adalah sikap untuk berusaha membangkitkan kemandirian yang ada di masyarakat.
Orang-orang yang peduli adalah orang-orang yang tidak bisa tinggal diam, melihat kelemahan, sikap berpangku tangan dan membiarkan keadaan-keadaan yang buruk terus terjadi di masyarakat.
Sikap peduli adalah suatu sikap untuk senantiasa ikut merasakan penderitaan orang lain, ikut merasakan ketika penderitaan sebagian masyarakat lain sedang sakit, ikut merasa bersedih ketika sebagian saudara-saudara kita di timpa musibah bencana, kesulitan atau ditimpa keadaan-keadaan yang memberatkan dan membangkitkan rasa kasihan dan iba.
Sebagai organisasi yang dilahirkan dari rahim penderitaan masyarakat, terutama masyarakat yang hidup dalam kondisi kekurangan dan selalu menderita, maka kewajiban organisasi yang paling utama adalah senantiasa menempatkan diri dalam posisi membela kepentingan mereka, memperjuangkan hak-hak mereka, menjadi pendamping dan teman bagi kehidupannya serta mengadvokasi dan menolong masyarakat kecil dan tertindas (mustad'afin) itu.
Karena kondisi seperti itulah, maka organisasi akan terdorong untuk mengemas berbagai program sebagai bagian dari pertolongan dan pembelaan terhadap nasib orang-orang yang tertindas. Upaya lain yang dilakukan adalah dengan senantiasa menyuarakan dan mengadvokasi kesulitan dan ketertindasan masyarakat yang hidup kekurangan itu.
Sebagai organisasi yang berperan membantu masyarakat yang tidak mampu, maka menolong masyarakat yang paling membutuhkan adalah hal yang menjadi prioritas. Manakala terdapat sejumlah orang yang memerlukan bantuan, akan tetapi ketersediaan sumber daya terbatas sehingga tidak mungkin membantu keseluruhan orang yang memerlukan bantuan, maka organisasi akan memprioritaskan yang paling membutuhkan.
Terlebih pada saat terjadi bencana, maka mengutamakan yang paling menderita adalah menjadi prioritas utama. Dalam konteks tingkat kualitas yang sama di antara sejumlah orang yang memerlukan bantuan, tetap saja terdapat perbedaan kesulitan kehidupan, kemiskinan atau tingkat penderitaan, maka organisasi akan mengutamakan yang paling membutuhkan (yang paling menderita).
Orang-orang sudah mulai untuk TIDAK! memperhatikan sekitarnya.
Apakah kita sekarang sudah sangat-sangat INDIVIDUALISTIS ?

Apa yang terjadi?
Aku ini seorang yang awam, tapi aku masih peduli……..
Aku peduli karena aku hidup ditengah masyarakatku yang juga peduli pada sekitarnya. Jadi kami adalah sekelompok MASYARAKAT KECIL yang masih peduli di tengah-tengah MASYARAKAT BESAR yang jumlahnya lebih sedikit tapi mulai melupakan darimana mereka berangkat, siapa yang mengantar mereka, dan apa yang mereka HUTANGKAN kepada kami.
Entah jadi apa kami ini nanti, jumlah kami banyak. Sangat banyak, tapi lebih sering kami tidak didengar, apalagi diperhatikan. Mungkin salah kalau saya bilang kami sering TIDAK diperhatikan, yang pastinya ada yang memperhatikan kami. Tapi ya begitu…diperhatikan dari jauh, tapi tidak ada tindakan nyata yang menyeluruh. mungkin istilahnya lebih tepat kami ini DIAMATI daripada diperhatikan.
Pikir MEREKA ” Maunya apa mereka yang lebih banyak dari KITA itu? Jangan lengah, AMATI terus!!! kalo dirasa ada sinyal yan kurang bagus buat kita, kasih aja yang mereka mau asal jangan kita kasih semua….perwakilan aja yang paling VOKAL. Nti juga DIAM”.
Apakah benar pikiran mereka begitu? Tidak akan ada yang tahu. Yang tahu cuma TUHAN dan Kepada Nya lah kita berserah juga berdoa semoga pikiran MEREKA tidak begitu.
Semoga saja MEREKA benar-benar memperhatikan kita, hanya saja sebagian kita belum terjangkau oleh perhatian MEREKA karena kendala jarak dan waktu. Dan bila saatnya nanti, kita juga dapat giliran untuk mendapatkan perhatian yang TULUS dari MEREKA.
BERSABAR saja, lakukan saja yang kita bisa agar kita masih bisa untuk tetap peduli meski dalam lingkup yang KECIL.!
SALUT bagi MEREKA! yang Benar-benar Perhatian pada kami, yang TIDAK maka terserah mereka yang pada akhirnya ada PENGADILAN yang benar-benar ADIL dan tidak terbantahkan dengan Saksi yang melekat pada tubuh KITA.

Sudah berulangkali peringatan bahaya pemikiran liberal gaya Nasr Hamid Abu Zaid disampaikan, tetap saja paham seperti itu disebarkan. Catatan Akhir Pekan [CAP] Adian Husaini ke-240
Dalam bukunya yang terkenal, Islam at the Crossroads, Muhammad Asad/Leopold Weiss mengingatkan umat Islam, bahwa: ”The Imitation – individually and socially – of the Western mode of life by Muslims is undoubtedly the greatest danger for the existence – or rather , the revival – of Islamic civilization.”
Jadi, kata Asad, penjiplakan kaum Muslim – baik secara individual maupun sosial – terhadap gaya hidup Barat tanpa diragukan lagi adalah bahaya terbesar dari eksistensi dan kebangkitan kembali peradaban Islam. Buku Asad ini terbit pertama tahun 1934 dan telah ditejemahkan ke dalam berbagai bahasa. Buku kecil ini memberikan gambaran yang tajam tentang hakekat peradaban Barat yang disebut oleh Asad, sebagai peradaban yang memuja materi dan anti-agama (irrelegious in its very essence).
Lihatlah nilai-nilai peradaban Barat yang kini menyerbu rumah-rumah kita melalui media hiburan. Film-film, lagu, sinetron yang dijejalkan kepada generasi muda kita dipenuhi dengan urusan seputar syahwat jasadiah, baik menyangkut makanan maupun urusan seksual. Peradaban ini sangat mengagungkan unsur-unsur fisik. Jangan heran, jika dalam peradaban ini, wanita lebih dihargai karena unsur-unsur fisiknya. Kontes nyanyi dan loma kecantikan menjadi upacara yang sangat diagungkan, disiarkan ke seluruh penjuru dunia, tanpa peduli urusan moral.
Dalam kontes-kontes kecantikan seperti itu, setiap jengkal tubuh wanita diukur, ditelaah, dan dinilai untuk selanjutnya dipaparkan kepada publik. Bahwa si A memiliki tubuh terseksi di dunia. Media-media hiburan sibuk membuat ranking tentang wanita yang memiliki tubuh terindah. Bahkan, konon di suatu negara, ada majalah yang khusus menyajikan berita seputar alat kelamin wanita. Kata mereka, semua itu adalah ekspresi keindahan. Semua itu tidak ada hubungannya dengan pornografi, tetapi ekspresi seni.

Salah satu buah dari reformasi di Indonesia adalah kebebasan dalam kontes-kontes kecantikan. Sudah beberapa tahun, Putri Indonesia senantisa tampil dalam acara pemilihan Miss Universe. Meskipun harus tampil secara vulgar dalam pakaian bikini, kontes seperti itu tetap dilakukan, dan televisi di Indonesia pun berlomba menyiarkan acara tersebut. Tidak ada rasa malu lagi untuk tampil dengan membuka aurat. Tujuan utamanya tentu saja adalah untuk mendapatkan penghargaan sebagai ”Ratu Kecantikan”.
Dengan cara itu, mungkin mereka ingin membuktikan, bahwa ternyata wanita Indonesia tidak kalah cantiknya dengan wanita negara lain? Lalu untuk apa? Katanya, untuk pariwisata. Biar turis mau datang. Biar diakui, bahwa negara Indonesia banyak wanita cantik. Setelah itu?

Aneh! Inikah negara yang mayoritas penduduknya Muslim? Inikah negara yang menginginkan mendapat berkah dari Allah? Beginikah cara memajukan bangsa yang sedang terpuruk? Naif! Naif sekali! Akal yang sederhana pun tahu, bahwa bangsa ini akan bangkit jika rakyatnya mau belajar dan bekerja keras. Bangsa ini memerlukan pemimpin yang berani berpikir besar dan berani melakukan tindakan besar, bukan dengan mengirimkan wanita untuk mengumbar aurat di kontes ratu kecantikan. Para ulama sudah berteriak-teriak minta agar acara semacam itu dihentikan. Tetapi, pemerintah diam saja. DPR diam saja. Barangkali takut dikecam media. Takut dibilang kolot. Takut dibilang sok-moralis. Takut dibilang melanggar HAM. Memang, di alam reformasi dan kebebasan seperti ini, protes tidak dilarang, tetapi tidak perlu didengarkan.
Tokoh agama sudah teriak-teriak agar acara-acara yang menonjolkan unsur-unsur homoseksual dan lesbian dihentikan. Tetaoi, protes itu pun dianggap angin lalu. Televisi tetap saja menayangkan tontonan seperti itu. Ulama sudah berteriak, hentikan tayangan judi via SMS. Tapi, TV pun tidak peduli. Jalan terus! Yang penting dapat untung! Para ulama juga tidak menyerah untuk mengimbau agar tayangan-tayangan klenik dihentikan. Tapi, seruan itu juga diangap sebagai angin lalu. Yang penting untung, yang penting dapat duit banyak. Yang penting, acaranya laku, iklan banyak. Tidak peduli, apakah tayangan itu merusak moral atau tidak; tayangan itu meruntuhkan sendi-sendi kekuatan bangsa atau tidak. Tidak peduli!

Sikap tidak peduli itu pula yang kini banyak menjangkiti banyak kalangan akademisi yang sudah tergila-gila untuk mem-Barat-kan Islam. Mereka tidak mau peduli dengan segala macam kritik. Banyak yang menganggap ini masalah remeh. Tidak peduli! Buku-buku yang merusak pemikiran Islam terus diterbitkan. Meskipun sudah diketahui sebagai buku yang salah. Tidak peduli!
Meskipun sudah berulangkali kita paparkan bahaya pemikiran liberal gaya Nasr Hamid Abu Zaid, tetap saja mereka menganggap kritikan itu sebagai angin lalu. Tidak peduli! Meskipun paham multikulturalisme sudah kita kritik, tetap saja paham itu disebarkan ke tengah masyarakat. Tidak peduli! Meskipun sudah kita tunjukkan kekeliruan dalam penafsiran Al-Quran atau pun kita tunjukkan kekeliruan dalam mengungkap data-datanya, tetap saja tidak peduli. Berulangkali kita tunjukkan bahwa ada guru besar yang kerjaannya sebagai penghulu swasta dan mengawinkan pasangan beda agama, tetap saja para petinggi kampusnya tidak peduli. Meskipun tahu ada dosen yang kerjaannya mengkampanyekan kehalalan perkawinan sesama jenis, tetap saja hal itu dianggap sebagai ”wacana”. Tidak peduli!

Jika sikap tidak peduli semacam itu sudah mejangkiti para elite negeri ini, baik kalangan pemerintah maupun akademisi, apalagi yang bisa kita harapkan? Jika suami tidak peduli lagi apa yang dilakukan istrinya, apakah pantas dia disebut suami? Jika pemimpin negara tidak peduli dengan perilaku rakyatnya, apakah pantas dia disebut pemimpin negara? Jika guru tidak peduli dengan perilaku siswanya, apakah pantas dia disebut sebagai guru? Jika cendekiawan dan ulama sudah tidak peduli dengan perilaku umatnya, apakah pantas dia disebut cendekiawan atau ulama?

Dalam tradisi peradaban Barat, seseorang dibiasakan untuk tidak peduli dengan kemunkaran dalam soal aqidah dan pemikiran. Mereka hanya peduli dalam soal-soal yang fisik, karena Barat memang peradaban yang sangat memuja materi. Mereka tidak peduli dengan urusan agama. Mereka sangat peduli dengan urusan korupsi dan kerusakan lingkungan, tetapi tidak peduli apakah seseorang beriman atau kufur, apakah seorang berdosa atau tidak. Mereka tidak peduli dengan semua itu! Yang penting masyarakat menjalankan ketertiban atau tidak. Itu yang mereka peduli.
Karakter masyarakat seperti itu tentu berbeda dengan masyarakat Islam. Sebab, dalam pandangan Islam, urusan terpenting dalam kehidupan adalah masalah keimanan. Maka, tugas pemimpin negara – disamping menyejahterakan kehidupan rakyatnya – juga melindungi aqidah masyarakat. Karena itu, dalam pandangan Islam, tugas utama seorang pemimpin Islam justru melindungi dan menegakkan Tauhid. Sebab, inilah tugas utama para nabi. Kita sudah sering membahas, bagaimana azab Allah akan turun ketika umat Islam melalaikan kewajiban amar ma’ruf nahi munkar.

Dalam kaitan soal kepedulian inilah, maka Allah pun sudah mengingatkan agar kita senantiasa menegakkan iman dan mengembangkan sikap kritis terhadap kaum Muslim dan terutama kepada para pemimpinnya. Kita sangat prihatin dengan masih adanya gejala kultus di antara sebagian kalangan Muslim terhadap tokoh dan pemimpinnya. Mereka tidak peduli, apakah pemimpinnya itu keliru atau tidak. Bahkan, mereka sudah meletakkan nasibnya di dunia dan akhirat kepada sang pemimpin. Padahal, pemimpin itu bukan nabi, dan mungkin saja keliru dalam pemikiran dan kebijakan yang diambilnya.

Karena sikap kultus itu sudah begitu membudaya, sampai-sampai ada yang marah-marah jika pemimpinnya dikritik. Ada yang marah karena Amin Rais dikritik; ada pula yang tidak terima ketika Nurcholish Madjid dikritisi pemikirannya; dan ada yang tidak terima jika Abdurrahman Wahid dikritik. Tidak sedikit yang menjadi fanatik kepada seorang tokoh atau kelompoknya melebihi fanatiknya kepada Islam itu sendiri, sehingga dia sangat marah ketika kelompok atau pemimpinnya dikritik. Meskipun sang pemimpin jelas-jelas salah, dia tidak mau mengritiknya dan berusaha keras menutupinya, supaya pemimpin dan kelompoknya tidak jatuh martabat.
Sikap kultus seperti ini tidak mendidik masyarakat. Rasulullah saw sama sekali tidak mencontohkan sikap semacam itu. Berkembangnya tradisi ilmu senantiasa diikuti dengan budaya kritis di tengah masyarakat, meskipun sikap kritis itu tetap berpijak kepada adab. Budaya kultus dan taqlid yang membabi buta justru bukan hanya merugikan masyarakat, tetapi juga akan merugikan sang pemimpin sendiri.
Pada tahun 2008 ini, misalnya, terbit sebuah buku berjudul ”99 Keistimewaan Gus Dur.”Dalam kata pengantarnya untuk buku ini, Muhaimin Iskandar menulis, bahwa ”Sebagai pemimpin, Gus Dur mampu mengawal, mendampingi dan mengayomi masyarakatnya menuju proses pembentukan kemandirian dan kehidupan yang demokratis.” Masih menurut Muhaimin, ”Gus Dur merupakan bagian dari kekayaan yang dimiliki bangsa ini yang patut diteladani oleh siapa pun yang memiliki perhatian dan kepedulian terhadap persoalan-persoalan umat.”

Tentu saja, kata pengantar Muhaimin itu dibuat sebelum dia dipecat oleh Abdurrahman Wahid sebagai ketua umum PKB. Pujian setinggi langit juga diberikan oleh Prof. Dr. KH Said Aqiel Siradj, M.A, dalam pengantarnya untuk buku ini. Aqiel mengisahkan, bahwa Gus Dur mampu mengenali seorang waliyullah. Suatu ketika, Gus Dur menemui seorang yang penampilannya sangat sederhana layaknya seorang ”gembel”. Ternyata, menurut Aqiel Siraj, yang ditemui Gus Dur itu adalah seorang wali yang sedang menyamar. Begitu ketemu, Gus Dur minta didoakan oleh orang tersebut. Aqiel menulis: ”Rupanya, Gus Durlah yang berhasil menyingkap sosok waliyullah tersebut. Sementara kewalian itu hanya diketahui oleh diri sendiri dan Allah.”
Jadi, dengan cerita itu, apakah berarti Abdurrahman Wahid adalah seorang waliyullah? Wallahu a’lam. Hanya Allah yang tahu.

Salah satu dari 99 keistimewaan Abdurrahman Wahid yang disebutkan dalam buku ini adalah kegigihannya dalam membela kaum tertindas. Contoh kaum tertindas yang dibela Abdurrahman Wahid adalah Ahmad Dani, Inul Daratista, kelompok Ahmadiyah, Tabloid Monitor, dan sejenisnya.
Kita bisa bersikap kritis terhadap posisi Abdurrahman Wahid dalam soal-soal tersebut. Benarkah Inul merupakan seorang wanita yang tertindas? Benarkah Ahmad Dhani termasuk kaum yang tertindas? Dan sebagainya. Jika Inul dikatakan sebagai makhluk tertindas, bagaimana dengan ribuan ibu-ibu dan anak-anak yang ditindas oleh berbagai tayangan TV yang merusak moral? Mereka tertidas, dan mereka tidak berdaya. Inul justru bergelimang harta dan dibela habis-habisan oleh kekuatan industri hiburan yang sangat fasis. Kita pun bisa bertanya, dimana posisi Abdurrahman Wahid dalam kasus penindasan rakyat Palestina, di posisi Israel atau rakyat Palestina? Mengapa dia lebih memilih bersahabat dengan Shimon Peres?
Kita maklum, bahwa para pendukung seorang tokoh kadangkala membuat pemaparan yang mengagungkan sang tokoh. Ketokohan Abdurrahman Wahid tidaklah diragukan. Banyak keistimewaan dimilikinya. Karena itulah, ketika akan mendeklarasikan Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU), para kyai senior di NU pun seperti merasa perlu menerbitkan sebuah buku kecil berjudul

Kita tunggu saja akhir dari semua ”permainan” semacam ini. Kita yakin, Allah Maha Tahu apa yang sebenarnya terjadi. Allah tahu siapa yang benar dan siapa yang dusta. Pasti akan ada balasan untuk masing-masing. Para tokoh itu akan mempartanggungjawabkan perbuatannya sendiri kepada Allah SWT. Kita pun demikian. Di akhirat nanti, mereka akan berlepas tangan, dan tidak mau menanggung dosa-dosa kita.
Yang penting, kita tetap diwajibkan berdakwah dan melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. Mudah-mudahan, kita tidak termasuk golongan orang-orang yang tidak tahu dan tidak peduli dengan berbagai persoalan umat. Sebab, kata Rasulullah saw, barangsiapa yang bangun pagi dan tidak peduli dengan urusan umat, maka dia bukan bagian dari umat Islam.

Selain dari sikap – sikap diatas ada hal yang lain yan gdapat saya jelaskan tentang bagaimana sesorang itu tidak peduli dengan keadaan disekitarnya. Hal ini terkadnag tergantung dengan manusia itu sendiri. Bagaimana cara didikannya didalam keluarganya atauapun faktor dari orang lain.

Kita dapat mabil contoh yang pertama adalah kemiskinan yang ada diindonesia :
Dalam tahun ke tahun masyarakat miskin diindinesia sangat banyak enatah apa yang terjadi apabila masih akan bertambah masyarakt miskinnya. Kita lihat saja di Jakarta ini, sangat banyak masnyarakat miskin. Mungkin penyebabnya adalah mereka kekurangan lapangan pekerjaan didaerahnya masing – masing. Apabila dilihat didaerah kebanyakan amsyarakat hanya menjadi buruh entah itu buruh tani atau buruh yang lain. Semakin lama penduduk desa semakin banyak, orang yang ingin bekerja pun semakin banyak, semakin sedikit lapangan pekerjaan yang ada. Sikap yang terjadi saat ini adalah pemerintah Indonesia mengabaikan keadaan masyarak miskin itu. Sampai akhirnya mereka berfikir ingin berpindah dari desa ke kota agar nasib mereka lebih baik di kota. Tapi hal itu masih tergantung pada seleksi alam di kota. Apabila orang yang berpindah malas maka ia akan terbuang atau menjadi tidak mempunyai pekerjaan namun apabila ia kreatif dan bersemangat maka ia akan mendapatkan pekerjaan bahkan dapat menciptakan lapangan pkerjaan sendiri. Semua yang dilakukan pasti ada seleksi alam siapa yang kreatif itu yang berhasil. Orang – orang yang tidak berhasil dia akan menjadi orang pemalas tidak bersemangat bekerja atau menjadi masyarakat miskin yang pekerjaannya tidak jelas. Kita dapat melihatnya di jalan –jalan di ibu kota ini banyak para pengemis, gembel, anak jalanan dan lainnya. Mereka itulah yang terkena seleksi alam. Mungkin ada beberapa orang yang merasa kasihan tapi ada beberapa orang yang menghiraukan mereka. Yang mernghiraukan ini lah mungkin berfikiran“siapa suruh pindah ke kota hanya memenuhi kesibukan dikota saja” mungkin bagi orang yan gseperti mereka sangat terganggu dengan keadaan para pengemis atau masyarakat miskin itu. Ada juga cara dari orang yang peduli dengan memberikan uang atau barng lainnya. Mengapa seperti itu? Mereka merasa iba dengan keadaan mungkin mereka berfikir apabila mereka berada diposisi seerti itu. Kebijakan dari pemerintah seperti mangadakan razia juga tidak efektif mereka dibawa ke panti sosial uttuk dibina dan diajarka seni seperti menjahit dan seni tnagan lainnya. Namun dari ada juga yang melarikan diri menjadi pengemis atau pengamen. Mengapa mereka tidak ingin dibina dan lebih memilih dijalanna? Hal seperti itu disebabkan mereka tidah betah dengan keadaannya. Mereka tidak mendapat uang dengan cepat. Peduli atau tidak peduli pemerintah dengan keadaan mereka yang seperti itu.

Saran saya adalah bagaimana bila pemerintah membuka lapangan pekerjaan agar masyarakat yang kekurangan dapat bekerja dan masyarak yang kekurangan tidak boleh bermalas – malasan dan hanya menunggu lapangan pekerjaan. Harus memiliki inisiatif, pantang menyerah, dan kreatif agar mereka tidak menjadi masyarakat yang kekurangan. Sangat miris sekali apabila Indonesia di cap sebagai pemerintah yang tidak peduli dengan masyarakatnya. Semua masyarakat seharusnya ambil andil dalam hal ini. Mengapa? Karena kita berada di negara demokrasi negara yang dianggap negara lain kaya akan hasil alamnya yang seharusnya bisa memanfaatkannya dengan baik dan tidak dimanfaatkan oleh negara lain.

Ketidak pedulian dari masyarakat akan membawa bencana bagi dirinya sendiri dan juga orang lain. Apa sebabnya? Mungkin mereka akan terus terganggu dengan masyarakat yang kekurangan yang belum bisa memnuhi kebutuhan hidupnya dan sangat prihatin untuk masyarakat yang kurang mampu tesebut. Yang dapat saya amati bahkan orang yang kekurangan tersebut juga tidak peduli dengan keadaannya. Mereka tetap malas dan tidak ingin berusahan yang lebih. Bgaimana pemerintah ingin mensejahterakan mereka? Sikap pemerintah dan siksap dari masyarakat itu sendiri harus balance (seimbang) apabila tidak begitu tidak akan ada masyarakat yang sejahtera dan akan terus kekurangan walaupun salah satunya sudah diperbaiki sikapnya.
Itulah yang dapat saya amati dan saya tulis disini. Sebaiknya kita semua peduli dengan keadaan disekitar kita. Dimanapun kita berada, seberapa tinggi jabatan kita. Kita tetap harus peduli agar semua menjadi sejahtera.

sumber :
http://issnidavan.blogspot.com/2011/01/mapping-subject-sikap-dewasa.html